Hidup itu hanya sekali!!!

Minggu, 31 Oktober 2010

8 Kiat Memperkuat Ukhuwah

1. Katakan bahwa kita mencintai saudara kita.Cinta karena Allah.
2. Minta dido’akan dari jauh sebelum waktu berpisah.
3. Bila berjumpa tunjukan wajah gembira dengan senyuman dan kehangatan.
4. Sering-sering berkunjung di mana tempat saudara kita itu berada.
5. Ucapkan selamat saat saudara kita mendapat kesuksesan.
6. Berjabat tangan dengan erat.
7. Beri hadiah terutama di hari istimewa.
8. Berilah perhatian dan bantu keperluan saudara kita


Hal-hal yang dapat merusak ukhuwah

1. Saling mengolok.
2. Mencaci/menghina dengan kata-kata yang menyakitkan.
3. Memanggilnya dengan gelar yang tidak disukainya.
4. Berburuk sangka
5. Mencari-cari kesalahannya.
6. Menggunjing pembicaraanya.

(sms tausiyah dari Icad)

Sabtu, 30 Oktober 2010

Rakyat Gaza ber-ITSAR

Untuk yang kesekian kalinya, rakyat Gaza, Palestina, telah menunjukkan rasa ukhuwah dan solidaritasnya kepada rakyat dan bangsa Indonesia yang terus dilanda bencana, khususnya bencana yang diakibatkan tsunami setinggi tiga meter yang menghantam Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar), Senin malam, (25/10/10) dan meletusnya Gunung Merapi di pulau Jawa dan mengeluarkan Awan Panas pada Selasa, (26/10/10) sekitar pukul 17.00 sore dengan jarak luncuran sekitar 1,5 hingga 2 kilometer

Tahun 2006, saat terjadi Gempa di Yogyakarta dan Klaten, Jawa tengah, rakyat Gaza menyampaikan bantuan via KISPA (Komite Indonesia untuk Solodaritas Palestina), dan bantuan tersebut berjumlah Rp. 5.000.000; (Lima Juta Rupiah) diantar langsung oleh Ustadz. Ferry Nur ke lokasi pengungsian di Pundong, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Begitu pula saat Gempa bumi tektonik berkekuatan 7,6 Skala Richter (SR) di Kabupaten Padang Pariaman, dan Kota Padang, Sumatra Barat, gempa yang terjadi pukul 17.16 WIB di kedalaman 71 Km, berjarak 57 Km barat daya Pariaman, pengurus KISPA yang terdiri dari Andi Syaifuddin (Sekjen) dan Dasrial (Bendahara) menyampaikan secara langsung amanah rakyat Gaza, Palestina kepada korban gempa di Ulaan, Pariaman.

Walaupun rakyat Gaza, Palestina sedang dijajah dan blokade Israel dan sekutunya, rumah mereka hancur, hidup di kamp pengungsian, kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok dan obat-obatan, tetapi mereka masih memiliki iman dan rasa kepedulian yang yang tinggi terhadap rakyat Indonesia yang sedang dirundung musibah.

Ziad Said Mahmud asal Gaza, kordinator bantuan kemanusiaan internasional Palestina dan juga Direktur Al-Sarraa Foundation menjelaskan sumbangan untuk korban bencana di Indonesia merupakan hasil keputusan musyawarah antara ulama dan rakyat Palestina, baik yang ada di Jalur Gaza maupun di Suriah.

Lebih lanjut, Ziad menjelaskan, “Kami tahu, jumlah ini tidak seberapa dibandingkan kesusahan yang sedang dialami saudara-saudara kami di Mentawai dan Merapi. Tapi terimalah ini sebagai tanda cinta kami. Kita satu tubuh. Kalian sakit, kami ikut sakit, sebagaimana kalian merasa sakit ketika melihat kami sakit dan menderita karena dijajah Israel,”

Bantuan untuk korban Tsunami di Mentawai sebesar 2 ribu dolar disampaikan lewat Ustadz Ferry Nur, Ketua KISPA (Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina), sedangkan bantuan untuk korban letusan Gunung Merapi juga sebesar 2 ribu dolar disampaikan lewat Amirul Iman, Direktur Operasional Sahabat Al-Aqsha.

Insya Allah, bantuan dari rakyat Gaza, Palestina akan kami sampaikan kepada mereka yang berhak secara langsung dan saya mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kepeduliannya kepada rakyat dan bangsa Indonesia, ujar ketua KISPA.

Dan bagi masyarakat yang ingin ikut serta meringankan beban penderitaan saudara-saudara kita akibat bencana, silahkan untuk menyalurkan infaq terbaiknya ke Infaq “KISPA” PEDULI NEGERI, khusus membantu korban bencana di Indonesia, Bank Muamalat Indonesia (BMI) cabang Fatmawati norek: 911.05871.99 an/ Andi Syaifuddin QQ KISPA . (kispa/fn)

Sumber : eramuslim.com/berita/nasional/rakyat-gaza-bantu-korban-mentawai-dan-merapi.htm dengan editan secukupnya

Sabtu, 23 Oktober 2010

Anak Indonesia Itu Hebat

Kemenangan Fahma Waluya (12) dan adiknya Hania Pracika (6) dalam lomba software APICTA International 2010 di Kuala Lumpur, Malaysia, pekan lalu membuktikan bahwa anak Indonesia juga jago membuat software. Tak harus software yang canggih langsung dengan animasi tiga dimensi, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana software tersebut bisa bermanfaat.

Kakak beradik asal Bandung itu telah membuktikannya. Seperti anak-anak lainnya, Fahma pun suka bermain game di PC atau ponsel. Namun, ia mengajak kawan-kawannya tidak hanya bermain game, tetapi juga membuat game sendiri.

Pengalamannya membuat software berawal dari kesenangannya bermain software animasi. Sejak duduk di kelas 4, Fahma sudah membuat presentasi dengan Power Point dan setahun kemudian ia mulai berkenalan dengan Adobe Flash. Dengan Adobe Flash saja, ia kini sudah menghasilkan beberapa software edukasi untuk anak-anak.

Software pertamanya yang diberi nama Bahana untuk memperkenalkan warna, angka, dan huruf. Dalam waktu dua tahun kemudian, ia sudah menghasilkan beberapa software berbasis Flash, seperti ENRICH (English for Children) untuk belajar Bahasa Inggris, MANTAP (Math for Children), Doa Anak Muslim (Prayers for Children), Asmaul Husna, dan lainnya.

Fahma dan Hania berkolaborasi dalam pembuatan beragam aplikasi tersebut. Pembuatan software dikerjakan Fahma, sedangkan adiknya menjadi sumber ide, beta tester, termasuk merekam suara yang dibutuhkan untuk melengkapi aplikasi tersebut. Uniknya, semua ide software berangkat dari kebutuhan belajar adiknya.

"Aku sayang adikku, Hania, meskipun dia kadang-kadang rewel, terutama saat dia tidak ada kegiatan atau permainan. Dia sekarang sekolah di TK B Cendikia, Bandung. Dia senang memainkan ponsel, terutama punya ibuku. Sejak di playgroup, dia senang belajar. Aku ditantang ayahku untuk membuat aplikasi di HP ibuku agar adikku bisa bermain sambil belajar. Akhirnya, dibuatlah aplikasi untuk ponsel ibuku," kata Fahma dalam pengantar aplikasi yang didaftarkan di APICTA 2010.

Tentu saja keberhasilan Fahma dan Hania berkat bimbingan kedua orangtuanya, Dr Yusep Rosmansyah, seorang dosen dan peneliti di ITB dan Yusi Elsiano, seorang praktisi perkembangan anak. Saat Fahma menyatakan minatnya mendalami Flash, orangtua memberi kesempatan untuk kursus. Orangtua juga yang memberi masukan dan nasihat agar hobi membuat software tetap bisa disalurkan di tengah aktivitas yang padat.

Aplikasi buatannya dicoba di ponsel Nokia E71 milik ibu dan ayahnya. Aplikasi "My moms mobile phone as my sisters tutor" yang menang dalam ajang APICTA 2010 itu merupakan kumpulan aplikasi yang terus dikembangkan kedua kakak beradik itu. Aplikas-aplikasi tersebut tersedia gratis untuk diunduh melalui situs web yang dikelola ibunya di www.perkembangananak.com. Bahkan, beberapa software juga tersedia gratis di OVI Store untuk ponsel-ponsel Nokia.

Saat memperkenalkan software buatannya beberapa waktu lalu, Fahma mengatakan punya keinginan dapat terus mengasah keterampilannya dalam pemrograman software. Saat ini, ia tengah memperdalam software untuk membuat aplikasi tiga dimensi dan belajar bahasa pemrograman C++ dengan bimbingan ayahnya. Harapannya, tentu dapat menghasilkan aplikasi-aplikasi yang lebih baik. Nah, ternyata anak Indinesia hebat kan.

sumber : kaskus.us/showthread.php?t=5661654 dengan editan seperlunya